Saturday, 9 April 2011

Ini memang bukan sekadar fenomena lagi, melainkan sudah benar-benar terjadi di tanah air. 
Efektifitas media sosial, dalam hal ini YouTube, sebagai mesin viral yang mampu menyulap orang biasa menjadi seorang bintang dalam 'semalam', memang tidak terbantahkan.
Justin Bieber, Lady Gaga, adalah nama-nama besar yang telah membuktikannya. Kini manisnya popularitas sesaat itu pun tengah dicicipi Briptu Norman Kamaru, seorang anggota Brimob dari Polda Gorontalo, yang pekan lalu, mungkin Anda sama sekali tak pernah tahu keberadaannya.
Rekaman video amatir Norman saat menirukan lagu 'Chaiyya-chaiyya' yang dibawakan aktor Bollywood Shahrukh Khan, membawanya bertemu dengan atasannya, orang nomor satu di kepolisian, Jenderal Pol. Timur Pradopo.
Rekaman video amatir yang kini telah dilihat sebanyak lebih dari 1 juta kali itu, akhirnya mengantar wajah Norman masuk ke layar kaca sungguhan, menjadi tamu kehormatan pelawak Tukul, pada acara talk show 'Bukan Empat Mata'. Undangan manggung pun datang dari acara lawak Opera Van Java (OVJ), yang akan digelar di Bali, Sabtu ini.
Bukan hanya Norman
Norman memang bukan yang pertama. Sebelum dia, ada Sinta - Jojo dengan lagu 'Keong Racun' yang mereka nyanyikan secara lip-sync, juga di YouTube. Video itu pun kemudian menyebar, termasuk menjadi topik paling hot di Twitter.
Di YouTube, video itu telah ditonton lebih dari 6 juta kali. Berkat video itu, Sinta dan Jojo kemudian dikontrak oleh Charlie ST 12, untuk membawakan lagu berjudul Tokek Belang. Belum lagi tawaran-tawaran membintangi beberapa iklan produk di Televisi.
Tak cuma Sinta dan Jojo, artis-artis dadakan lain yang muncul di YouTube, adalah Bona Paputungan dengan lagu ciptaannya, 'Andai Aku Jadi Gayus Tambunan', Soaluddin dengan lagu besutannya 'Udin Sedunia', serta warga Perancis bernama Francois dengan lagu berbahasa Indonesia 'Kalau Saya Kaya'.
Tak cuma di Indonesia
Di luar negeri, berkah YouTube juga dirasakan oleh beberapa artis kenamaan. Sebut saja nama Justin Bieber atau Lady Gaga. Popularitas mereka melesat berkat situs berbagi video YouTube.
Kebiasaan Ibunda Bieber, Patricia Lynn Mallete, untuk mengunggah rekaman aksi Bieber agar bisa ditonton oleh keluarganya, membuahkan hasil yang tak terduga-duga. Rekaman video Bieber di YouTube menarik Scooter Brown, yang kemudian bersedia menjadi manajer yang berhasil mengorbitkan Bieber menjadi bintang yang kini digemasi oleh jutaan penggemarnya.
Belakangan, klip video single berjudul 'Baby' yang ia diunggah di YouTube, menjadi salah satu video yang paling banyak dilihat, melampaui video musik Lady Gaga bertajuk 'Bad Romance', sekaligus sempat menjadi video yang paling banyak di-dislike (tidak disukai).
Menurut situs Famecount.com, Justin Bieber merupakan artis nomor satu di YouTube dengan total video dilihat, hingga 1.495.617.719 kali. Sementara Lady Gaga masih berada di bawah Bieber, dengan total video dilihat 1.324.096.396 kali.
Yang terakhir, gadis 14 tahun asal Anaheim Hills California bernama Rebecca Black, kini juga tengah menjadi magnet publik internasional dengan memposting single berjudul 'Friday' di YouTube, di bawah label rekaman ARK Music Factory.
Hingga kemarin, video yang terkesan dibuat secara amatiran itu, telah dilihat oleh lebih dari 88 juta orang, dan telah mematahkan rekor jumlah dislike terbanyak, yang sebelumnya disandang oleh video 'Baby' milik Bieber. Suka atau tidak, setidaknya perhatian jutaan khalayak sudah di genggaman. Tinggal bagaimana ke depan Black akan memanfaatkannya.
Popularitas instan ini, tentu saja menimbulkan sinisme di kalangan masyarakat, bahkan di kalangan artis sendiri. Secara blak-blakan Miley Cyrus berkomentar sumbang. "Seharusnya menjadi seorang artis membutuhkan usaha yang lebih keras," protes Cyrus.
Namun demikian, Black juga menuai simpati dari beberapa selebriti lain, termasuk Lady Gaga. "Menurut saya, Rebecca Black adalah seorang genius dan semua orang yang mengatakan bahwa dia jelek, itu hanya omong kosong," kata Lady Gaga.
Popularitas instan tak bertahan lama
Menanggapi fenomena ngetop mendadak lewat YouTube itu, pengamat telematika Heru Sutadi mengatakan ini tak lepas dari perubahan format web dari versi web 1.0 ke web 2.0, di mana para pengunjung situs bisa turut berpartisipasi untuk mengunggah konten buatannya.
Dengan format ini, kata Heru, siapapun bisa mempublikasikan kreativitas mereka dengan lebih mudah dan dapat dinikmati oleh semua orang dari segenap penjuru dunia. "Dunia maya memangkas semua proses dan biaya untuk menjadi terkenal. Cukup modal kamera HP saja bisa terkenal," ujar Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI).
Namun, demikian, Heru menambahkan, ketenaran instan ini juga bisa lenyap dalam sesaat. Menurutnya, bila ketenaran ini tidak dijaga, paling lama, popularitas itu hanya akan membekas dalam tempo enam bulan."Penentu eksistensi seseorang dalam dunia selebritis bukan keberuntungan semata, tapi juga kesinambungan. Kalau tidak dijaga, sekali ngetop lantas dilupakan."
Tertolong Media Sosial
Ketenaran instan Norman ini sebenarnya berawal dari sebuah kecelakaan. Niat awalnya merekam adegan ini hanya untuk memupus gundah hati rekannya yang tengah dilanda problem rumah tangga. Entah rekannya terhibur atau tidak, yang jelas, Norman terlihat begitu menghayati aksinya itu.
Norman sendiri tidak tahu siapa 'orang iseng' yang mengunggah video tersebut di YouTube. Ia bahkan baru tahu videonya tersebar ke mana-mana, dari ibunya yang melihat pemberitaan tersebut di TV.
Awalnya, insiden ini sempat mengancam karir Norman di kepolisian. Tak lama setelah maraknya video Norman di berbagai media massa, Polri sempat mengancamnya dengan anksi. Berbagai alasan disiapkan, mulai dari Norman mencoreng nama baik kepolisian dan perilaku menindik lidah, menimbulkan kesan polisi gaul, dan sebagainya.
Namun, karakter media sosial yang terbuka pula yang akhirnya menyelamatkan nasib Norman. Komentar-komentar jujur dari banyak orang yang bersimpati atas aksi Norman yang menghibur, bahkan membangkitkan gerakan mendukung Norman di Facebook, secara spontan.
Ancaman sanksi yang awalnya sempat menghantuinya, urung dijatuhkan. Bagi kepolisian sendiri ini merupakan keputusan yang strategis, mengingat aksi kocak Norman bisa menghapus citra polisi yang sudah demikian buruk di mata masyarakat.
"Mabes Polri tidak keberatan, silakan," kata Kadiv. Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Pol Anton Bahrul Alam. "Agar disalurkan bakat dan kreativitasnya," kata Timur Pradopo menimpali. Bahkan, dalam acara OVJ, rencananya juga akan didampingi Wakapolri Komjen Pol Nanan Soekarna.
Bukan tak mungkin, bila tawaran ini nanti berlanjut ke studio rekaman, seperti halnya yang terjadi pada Sinta-Jojo.Norman sendiri, sebenarnya juga punya keinginan untuk menjadi artis. “Keinginan [jadi artis] sih ada,” kata Norman.
Namun, pria kelahiran 27 November 1985 itu, buru-buru menambahkan, bahwa sebagai anggota polisi semuanya tergantung keputusan para pimpinannya di korps Bhayangkara. “Tawaran itu ya tergantung pimpinan, kasih izin atau tidak. Tergantung izin lah,” kata dia.
Namun, seperti halnya kisah hidup Bieber, yang berubah total berkat berkah YouTube, siapa tahu YouTube juga tengah memutar roda nasib Norman. Ia hanya perlu menjalaninya. Lepas dan tanpa beban. Seperti aksinya di layar YouTube.
"Chaiyya-chaiyya!"
(np)
• VIVAnews

No comments:

Post a Comment